Sabtu
30 Mei 2015, bismillahirrohmanirrohim, kenalkan namaku Tyas Haryadi,
biasa dipanggil Tyas. Eits, aku cowok lo, walaupun nggak macho-macho
amat sih, tapi sangat percaya diri, penuh semangat, keras kepala &
penuh pesona, hehe... Kali ini aku tak ingin berbagi cerita tentang
diriku, yang sedikit misterius, eksentrik, dan terkadang juga
melankolis. Kali ini aku ingin menceritakan tentang pengalaman menjadi
relawan pengajar Kelas Inspirasi (KI) Magetan, yang diadakan di SDN
Mantren 1, Kec. Karangrejo, Kab. Magetan. Sebenarnya aku sendiri tidak
terlalu suka dengan kata-kata 'relawan pengajar', maklum kawan, aku
merasa masih bodoh, belum layak mengajar. Dan realitanya, aku di SDN
Mantren kemarin lebih banyak belajar dari pada mengajar, belajar dari
banyak hal, mulai sebelum, ketika, dan setelah pelaksanaan.
Pagi itu, aplikasi whatsapp di smartphone terus berbunyi (biasanya masih
aku matiin itu hp), koordinasi dari kakak-kakak KI Magetan, yang keren,
insyaAllah. Sembari aku juga mempersiapkan beberapa alat untuk peraga
hari itu, mengenalkan profesiku sebagai seorang wiraswasta, jasa
multimedia dan teknologi informasi (TI). Geledah-geledah kardus di
gudang, buka sana buka situ, geledah ini geledah itu, akhirnya ketemu
juga, satu laptop dan tiga smartphone, dari modifikasi kardus.
Barang-barang itu sebenarnya sisa pembuatan video 'stop motion' untuk
iklan web ~> www.bismillah.co.id, sebuah search engine, tahun lalu,
akhirnya berguna juga, alhamdulillah. Sudah janjian dengan mas Dayat,
mbak Ratna, dan teman-teman KI lainnya sampai SDN Mantren 1 pukul 06.30,
aku langsung menuju lokasi sendiri, karena daerahnya mudah dijangkau
dari rumah ortu.
Dasar biasanya nggak suka berangkat pagi-pagi, akupun masih sempat
olahraga ditempat, sejenis 'push up', 'pull up' dan kawan-kawan.
Alhamdulillah sampai lokasi telat, sampai disana, langsung ada acara doa
yang dipimpin salah seorang guru, varokah. Setalah itu, di hampirilah
oleh mbak Ratna, untuk menuju depan, bersama para relawan pengajar yang
lain. Lalu bertemulah dengan mas Angga, yang berprofesi pendamping
dokter bedah, ada pula mbak Triana yang bekerja di puskesmas Kartoharjo,
dan mbak Diyah yang kesehariannya menjadi pegawai bank BUMN. Sekilas
langsung tahu betapa membara juga semangat mereka untuk berbagi
inspirasi kali ini, yup, ditengah kesibukan mereka, meluangkan waktu
untuk berbagi ilmu dengan adik-adik Mantren. Seakan-akan mereka berkata,
"kesuksesan itu bukan tentang apa yang kita dapat, tapi apa yang kita
bagi, dan seberapa bermanfaat kita. Itulah kesuksesan yang sebenarnya."
Ini kali pertama aku ikut roadshow KI Magetan, baru beberapa orang yang
dikenal, ada mas Sagung (lebih cocok dipanggil pak, sudah tidak lajang),
mbak Ratna, mas Dayat, mas Hedy, dan masih banyak lagi. Banyak belajar
dari para inspirator ini, walaupun dalam pertemuan singkat, tapi
semuanya sungguh istimewa.

Lanjut ke acara hari itu, terlebih dahulu, adik-adik Mantren (panggilan
akrab) diajak untuk melakukan 'ice breaking', ada beberapa permainan
yang dipimpin bergantian oleh para fasilitator. Aha, saatnya bermain,
waktu itulah aku kembali belajar, untuk menikmati proses dengan penuh
bahagia. Anak-anak SD Mantren masih seperti anak-anak kecil kebanyakan,
mereka dengan mudah menerima kami-kami yang baru ditemuinya, cukup
tersenyum dan berpegangan tangan, maka sudah tak ada lagi jarak. Apalagi
sudah bergerak bersama, bernyanyi bersama, tertawa bersama, joget
bersama, itulah pentingnya sebuah kebersamaan, kawan.Lanjut ke acara
hari itu, terlebih dahulu, adik-adik Mantren (panggilan akrab) diajak
untuk melakukan 'ice breaking', ada beberapa permainan yang dipimpin
bergantian oleh para fasilitator. Aha, saatnya bermain, waktu itulah aku
kembali belajar, untuk menikmati proses dengan penuh bahagia. Anak-anak
SD Mantren masih seperti anak-anak kecil kebanyakan, mereka dengan
mudah menerima kami-kami yang baru ditemuinya, cukup tersenyum dan
berpegangan tangan, maka sudah tak ada lagi jarak. Apalagi sudah
bergerak bersama, bernyanyi bersama, tertawa bersama, joget bersama,
itulah pentingnya sebuah kebersamaan, kawan.
Setelah selesai semua acara awal, mulailah adik-adik diajak masuk kelas
yang sudah ditentukan oleh teman-teman relawan KI Magetan. Aku kebagian
kelas 5, dengan fasilitator mas Hedy, mbak Ita, dan mbak Vita, nih
fasilitator keren-keren, semoga sukses selalu. Berdasarkan data sharing
dengan mbak Ratna, mas Dayat, dan mbak-mbak lain waktu kumpul koordinasi
KI Magetan beberapa hari sebelumnya, kelas 5 termasuk mereka-mereka
yang mudah untuk memberikan respon. Jadi, ada orang baru saja mereka
sudah langsung tertarik, apalagi orang barunya semenarik diriku? Hehe,
mereka pastilah tersepona (terpesona sengaja disalah ketik). Yang
menjadi masalah adalah di kelas 1 dan 2, biasanya mereka ramai tidak
ketulungan, dan cukup sulit untuk dikendalikan kondisinya (maklumlah
belum pernah mengenyam kuliah jurusan pendidikan).
Alhamdulillah, adik-adik kelas 5 di SDN Mantren ini memberi respon
positif, aku menyukai proses mengajar seperti ini, otak kanan kembali
bekerja. Mereka begitu antusias, mendengarkan tiap pemaparan yang aku
sampaikan, dengan seksama dan tawa bahagia, tetapi juga tetap ada satu
dua anak yang kurang semangat atau berceloteh sendiri. Anak-anak itu
bisa menerima materi yang berat sekalipun, asalkan disampaikan dengan
penuh canda dam membuat suasana menjadi bahagia. Kebahagiaan akan
membuat sesuatu yang berat akan menjadi ringan, dan itulah yang
terkadang orang dewasa lupa (belajar lagi kan, dari adik-adik Mantren).
Aku kan punya usaha, yang ingin aku kembangkan menjadi sebuah kerajaan
bisnis, namanya Cah Magetan (CM) Grup, sampai sekarang terdiri dari
studio, distro, wisata, dan library. Tetapi menurut adik-adik kelas 5
ini, CM Studio bukanlah Cah Magetan Studio, CM Distro bukanlah Cah
Magetan Distro, tapi Cah Mantren. Yup, Cah Mantren, ini mengajarkan,
siapapun, atas nama individu, kelompok atau organisasi, secara naluri,
selalu ingin diakui, belajar lagi, Mantren keren. Tak lupa, di
menit-menit perpanjangan waktu di kelas 5 ini, kami berdoa bersama,
untuk adik-adik, kakak KI Magetan, guru-guru, saudara, keluarga,
pemimpin negeri ini, negeri ini, dan semua orang, plus foto bareng,
klik. :D
Setalah selesai, kami istirahat dahulu, sudah disediakan ruangannya, ada
kesempatan dah untuk mencari-cari informasi dari para relawan pengajar
lain. Secara tidak langsung, mereka berbagi ilmu secara tersirat, juga
tersurat, alhamdulillah. Selesai beristirahat, berlanjutlah ke kelas 2,
alhamdulillah, anak-anaknya kocak pol, gile lu ndro, ini seperti masa
ketika dengan mudah aku teriak-teriak di kelas, sekencangku. Situasi
seperti ini pernah aku alami ketika mengajar anak-anak TPA, tapi
jumlahnya tak sebanyak ini, lebih dari 30 anak, alhamdulillah. Di kelas
ini, harus belajar tentang berbagai cara menyampaikan materi, kalau
dalam dunia bisnis, pelanggan itu berbeda-beda, pendekatannya juga harus
berbeda. Mereka lebih suka hal-hal abstrak, penuh kejutan, disamping
juga harus mendengarkan mereka, memberi apresiasi dan respon cepat. Tapi
mereka mengajariku tentang dunia anak, semakin kecil anak dia semakin
butuh perhatian lebih, alhamdulillah, bisa untuk bekal merawat anak
kelak.
Di kelas 2 ini, yang paling membuat mereka senang, dan mau diperintah
apapun, adalah ketika mereka diberi kesempatan untuk berkompetisi,
mendapatkan smartphone dan laptop, dari kardus. Mereka dengan jujur
mengatakan ingin, mereka berusaha dengan gigih ketika disuruh diam,
'anteng-antengan', yang paling anteng menang. Mendapat kesempatan
praktik menjadi wirausaha dibidang multimedia dan TI, kemudian alat
peraganya menjadi milik mereka. Mantren keren, mereka mengajari lagi,
tentang kegigihan, dan semangat untuk mencoba. Tak lupa pula ditutup
dengan doa, tapi tanpa foto bareng, dan mereka ada beberapa yang minta
gendong, alhamdulillah, kelak juga ada masanya aku gendong anak sendiri,
atau anakku digendong pemuda/i lain.
Setelah itu masih ada sesi berbagi cerita, aku hanya mengawali, inti
materi disampaikan oleh mas Dayat, ini di kelas 3. Akhirnya berlanjut ke
sesi menulis dan menempel cita-cita di pohon cita-cita, dan di tutup
dengan foto bersama. Sesi foto berlangsung cukup lama, maklum, selalu
ada hal-hal menarik dan berbau anak muda, itulah pemuda, dengan segala
warna-warninya. Kalau aku sih, muda, tapi menjelang om-om, hehe. Hari
itu, aku pamit pulang duluan, karena sudah ada job yang tidak bisa
diatasi tim, begitulah nikmatnya jadi wirausaha, alhamdulillah.
Terimakasih tak terkira untuk saudara/i KI Magetan, guru-guru dan
adik-adik SDN 1 Mantren, anda memang luar biasa, Mantren Keren. Aku
doakan, semua yang terlibat dalam dalam roadshow KI Magetan di SDN
Mantren 1 kemarin, sukses dunia akhiratnya, beserta keluarga & anak
keturunan kelak, aamiin.... Apalah bumi tanpa matahari, apalah malam
jika tak berhias rembulan. Teruslah menginspirasi teman-teman KI,
umumnya dunia khususnya Magetan. Salam rindu dalam jamaah yang haus akan
ilmu, Tyas Haryadi
Tyas Haryadi
Relawan Pengajar Roadshow KI Magetan
SDN Mantren Kec. Karangrejo Magetan